KESIAGAAN DAN
TANGGAP DARURAT
Organisasi
harus mengkaji ulang dan merevisi, dimana perlu, kesiagaan dan tanggap darurat,
secara khusus, setelah terjadinya kecelakaan atau situasi
darurat. Organisasi harus juga secara periodik memeriksa prosedur. (Sumber: ISO 14001: 1996)
URAIAN
Sebagian besar karyawan anda mungkin
belum pernah mengalami suatu kondisi darurat, tentunya hal ini merupakan hal
yang baik. Kitapun tidak ingin situasi ini terjadi. Namun demikian, walaupun
frekuensi terjadinya kecil data statistik menunjukkan bahwa kondisi-kondisi
darurat yang terjadi menyebabkan kerusakan lingkungan serta kematian manusia
dalam jumlah besar. Tragedi Bhopal, Seveso, Lovel Canal dan Exxon Valdez
membuktikan data tersebut dan memberikan pelajaran yang berharga kepada kita
semua.
Prinsip yang harus dipegang
dalam menerapkan Klausa ini adalah kondisi darurat tidak pernah terjadi dan
diharapkan tidak terjadi di perusahaan Anda sehingga jika betul-betul terjadi
para karyawan tidak tahu berbuat apa, alat-alat mungkin tidak bekerja
sebagaimana mestinya, alat-alat komunikasi tidak berfungsi dan prosedur tidak
dapat dijalankan. Oleh karennya, kesiagaan terhadap situasi darurat hanya dapat
dilakukan dengan pelatihan terus menerus, simulasi-simulai di lapangan,
pemeliharaan alat-alat secara prima, dan uji coba alat-alat secara periodik.
Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk
mengidentifikasi potensi dan menanggapi kecelakaan dan situasi darurat, dan
untuk mencegah dan mengurangi dampak lingkungan yang terkait dengan mereka
Perusahaan harus memiliki
suatu Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat dengan dilengkapi daftar
sumber-sumber kondisi darurat seperti tumpahan bahan kimia dalam jumlah besar,
ledakan dari boiler, kebakaran dari tempat penyimpanan bahan kimia, dan emisi
dari reaksi beracun. Kekurangan dalam identifikasi potensi kondisi darurat
mengindikasikan potensi masalah jika kondisi tersebut betul-betul terjadi
karena tidak ada kesiapan dan sarana yang mendukung. IPAL yang tidak berfungsi
akan menimbulkan suatu beban kejut (shock load) kepada sungai walaupun jika
potensi tersebut sudah teridentifikasi maka perusahaan akan menyediakan suatu
‘kolam darurat’ untuk menampung limbah cair yang tidak terolah tersebut. Oleh
karena itu, sangat penting untuk melakukan hasil identifikasi keadaan darurat
selengkap mungkin.
Perusahaan kemudian harus
mampu menanggapi potensi-potensi tersebut yang mungkin tidak pernah terjadi
sejak perusahaan tersebut berdiri. Suatu kondisi darurat adalah keadaan yang
belum terjadi dan diharapkan tidak terjadi tetapi jika tidak ada persiapan yang
memadai dalam arti tata cara, peralatan, manusia maka dalam banyak kasus
keadaan darurat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Contoh,
kebakaran yang diakibatkan oleh bahan bakar yang tumpah dimusnahkan dengan air
hidran, sehingga justru menyebarkan api dan bahan bakar tersebut ke semua
tempat yang mungkin dilalui oleh aliran air tersebut. Pengetahuan dan
ketrampilan dalam menghadapi suatu jenis kondisi darurat harus dikuasai walaupun
hal tersebut tidak pernah terjadi.
Tata cara atau rencana :
Dengan daftar potensi darurat, perusahaan mengetahui jenis-jenis dampak dan
sumbernya sehingga dapat dibuat skenario penangananannya jika hal itu terjadi.
Tumpahan bahan kimia diatasi dengan menaburi tumpahan tersebut dengan serbuk
gergaji sehingga mencegah proses pelepasan ke tanah atau air. Dalam contoh
kebakaran di atas bahan bakar, pemadam kebakaran jenis busa lebih tepat untuk
disediakan dan digunakan jika hal tersebut terjadi. Perusahaan harus siap
dengan semua rencana tertulis untuk menangani setiap kondisi darurat.
Tim: Kondisi
darurat membutuhkan kesiapan karyawan yang tahu siapa berbuat apa. Ini bukan
merupakan suatu kondisi yang diketahui setiap orang sebagaimana pekerjaan rutin
mereka, sehingga sering kali orang tidak tahu harus berbuat apa. Suatu jalur
komando harus ditetapkan sehingga wewenang diberikan dan diterima oleh setiap
orang. Setelah itu, struktur kerja tersebut dibiasakan kepada para karyawan
dengan cara pelatihan/ simulasi. Hanya dengan melakukan latihan terus menerus
akan memuluskan peran dan tanggung jawab setiap orang wewenang. Juga bagi
karyawan lain yang tidak mendapatkan wewenang/ tanggung jawab apapun dapat
menjalankan perannya.
Peralatan: Tidak ada
artinya kita menyediakan semua peralatan penangan kondisi darurat jika tidak
berfungsi ketika dibutuhkan. Suatu contoh ketika alat tidak berfungsi adalah
saat alarm tidak berbunyi untuk memanggil tim kondisi darurat atau valve
bendungan tidak dapat dibuka sehingga terjadi overflow bahan kimia. Jadi
jawaban klise bahwa kami tidak mengharapkan kondisi darurat tersebut sulit
untuk diterima, siapapun tidak mengharapkan tetapi setiap saat alat-alat kita
harus siap pakai sesuai dengan spesifikasi. Suatu program perawatan preventif
harus dijalankan dengan disiplin dan tanpa perkecualian. Pompa hidran diperiksa
pada tekanan 7 bar harus diperiksa setiap dua hari sekali, APAR (Alat Pemadam
Api Ringan) dicek setiap bulan, keran-keran saluran dibuka-tutup tiap bulan.
Semua harus dilaporkan tertulis dan jika ada kerusakan lekas diperbaiki.
Organisasi harus mengkaji
ulang dan merevisi, dimana perlu, kesiagaan dan tanggap darurat, secara khusus,
setelah terjadinya kecelakaan atau situasi darurat.
Rencana darurat merupakan
rekaan terhadap keadaan asli yang belum terjadi sehingga tata cara tersebut
mungkin tidak/ sulit dijalankan di lapangan. Banyak faktor yang menentukan
keberhasilan rencana tersebut: manusia, bahan kimia, alat, alat komunikasi,
tata cara tertulis dan lain lain. Dalam banyak kasus ditemui bahwa ketika
kebakaran terjadi ternyata, karena tidak semua tata cara yang sudah dilatih
dapat diikuti oleh karyawan. Pemisahan antara bahan kimia mudah terbakar dengan
oksidator tidak dilakukan karena ‘layout’ tidak memungkinkan. Tekanan tangki
tidak pernah diperiksa karena letak ‘barometer’ sulit dijangkau. Pengkajian
terhadap efektivitas tata cara tersebut merupakan hal yang mutlak dilakukan
sehingga kesulitan-kesulitan tersebut dapat dikenali, untuk memastikan di
kemudian hari prosedur lebih lengkap dan dapat diterapkan seefektif mungkin.
Revisi dapat dibuat setelah suatu ujicoba/ simulasi dilakukan karena dari
kegiatan ini akan diperoleh masukan-masukan yang penting. Salah satu perkebunan
memutuskan pengadaan HT kepada tim ini setelah diketahui dari latihan bahan
komunikasi radio terpusat tidak efektif.
Organisasi harus juga secara
periodik menguji prosedur tersebut jika memungkinkan.
Pengujian prosedur bertujuan
untuk memberikan kesempatan perbaikan atau revisi, meningkatkan pemahaman dan
keterlibatan para karyawan, menguji kelengkapan dan keandalan alat-alat
kesiagaan dan tanggap darurat seperti hidran, pompa hidran, APAR, adsorben
minyak dilaut. Inilah satu-satunya cara untuk memiliki kesiagaan darurat yang
baik.
PERMASALAHAN
- Perusahaan tidak membuat atau tidak lengkap dalam mengidentifikasi sumber-sumber keadaan darurat. Sebagaimana disinggung di depan kemampuan untuk mengenali kondisi-kondisi darurat adalah kunci keberhasilan penerapan Klausa ini. Setelah teriidentifikasi, baru kita dapat bicara mengenai cara penanganan, kebutuhan alat darurat yang sesuai, prosedur dan latihan-latihan yang diperlukan. Peralihan shift dari kegiatn pemeliharaan ke bagian produksi tanpa inspeksi menyeluruh telah berakibat pada ledakan di salah satu platform di laut utara (Piper alpha).
- Tanggap darurat terbatas pada safety atau kebakaran saja. Secara jelas, standar menyebut kondisi darurat yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan tetapi perusahaan lebih tertarik untuk menuliskan kondisi darurat dari kebakaran semata. Kebocoran gas di Bhopal atau tumpahan minyak bumi di laut merupakan contoh yang baik menggambarkan kondisi darurat yang berpengaruh langsung terhadap kerusakan lingkungan. Jadi jangan batasi identifikasi pada isu keselamatan dan kecelakaan kerja.
- Tidak melakukan ujicoba terhadap semua kondisi-kondisi darurat atau tidak menyeluruh dalam pelaksanaan ujicoba. Seperti seorang mahasiswa yang tidak pernh mengerjakan latihan-latihan ketika ujian berlangsung dia akan kikuk mau mulai dari mana dengan dengan cara apa. Sehingga – Latihan, latihan dan latihan!!!
PENERAPAN
1. Buat daftar sumber kondisi darurat selengkap mungkin. Semua
bagian harus terwakili termasuk supervisor di shift 2 dan 3.
2. Diskusikan dengan seluruh departemen untuk menentukan
tingkatan bahayanya, termasuk cara penangannya dan sumber daya yang dimiliki
saat ini. Melengkapi sarana-sarana yang belum lengkap, prosedur-prosedur, dan
pelatihan-pelatihan yang diperlukan. Dalam banyak kasus anda mungkin perlu
memanggil ahli dibidang ini.
3. Buat rencana tanggap darurat (atau prosedur) sesuai dengan
hasil analisa gap tersebut di atas berupa struktur komando, jadual latihan,
daftar alat darurat dan perawatannya, serta jalur komunikasi.
4. Uji coba setiap keadaan darurat dan memperbaiki rencana
tanggap darurat jika sesuai. Jika perlu diperlukan audit khusus terhadap
kinerja rencana dan tanggap darurat.
DOKUMENTASI
- Pedoman Lingkungan menjelaskan mengenai pendekatan dalam menangani keadaan darurat.
- Prosedur untuk menangani setiap kondisi darurat.
- Rencana Tanggap Darurat yang berisi antara lain: Daftar kondisi darurat, Daftar peralatan kondisi darurat, Daftar tilpun orang-orang penting termasuk rumah sakit, Rencana pelatihan dan uji coba kondisi darurat termasuk skenario latihan.
- Laporan Ujicoba Rencana Tanggap Darurat termasuk hasil evaluasinya.
KESIMPULAN
Kita tidak pernah tahu apakah
prosedur penanganan kondisi darurat dapat dijalankan dengan baik ketika suatu
situasi darurat betul-betul terjadi. Oleh karena itu, Klausa ini mendasarkan
pencapaiannya kepada perencanaan, pelatihan dan evaluasi yang terus menerus
terhadap antisipasi kondisi-kondisi darurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar