Definisi
Penyakit Akibat
Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan
penyakit yang artifisial atau man made disease.
WHO membedakan
empat kategori Penyakit Akibat Kerja :
1. Penyakit
yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit
yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit
dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab
lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit
dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya
asma.
FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab
Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam
proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin
disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan
dalam 5 golongan:
1. Golongan
fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat
tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan
kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang
terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan
atau kabut.
3. Golongan
biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan
fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja
5. Golongan
psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
DIAGNOSIS
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Untuk dapat
mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.
Pendekatan
tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:
1. Tentukan
Diagnosis klinisnya
Diagnosis
klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan
atau tidak.
2. Tentukan
pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan
mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk
dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
- Penjelasan
mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis
- Lamanya
melakukan masing-masing pekerjaan
- Bahan yang
diproduksi
- Materi (bahan
baku) yang digunakan
- Jumlah
pajanannya
- Pemakaian
alat perlindungan diri (masker)
- Pola waktu
terjadinya gejala
- Informasi
mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
- Informasi
tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan
sebagainya)
3. Tentukan
apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut
Apakah terdapat
bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang
dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak
dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada
yang mendukung,
perlu
dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
4. Tentukan
apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.
Jika penyakit
yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan
yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut
dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan
apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah ada
keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan
serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6. Cari adanya
kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
Apakah ada
faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami
pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab di tempat kerja.
7. Buat
keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah
menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan
informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah
ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan
menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau
timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
Dari uraian di
atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang
didapat
baik dari
pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila
memungkinkan) dan data epidemiologis.
PENUTUP
Penegakan
diagnosis Penyakit Akibat Kerja masih merupakan masalah di Indonesia.
Diperlukan minat dan pengetahuan yang khusus untuk dapat menegakkan diagnosis
Penyakit Akibat Kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, selain perlu
ditingkatkan pendidikan bagi dokter dalam bidang kedokteran kerja, juga perlu
dikembangkan suatu sistem rujukan, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Dikembangkannya klinik-klinik Kedokteran Kerja di Indonesia dapat membantu
permasalahan yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar